Rabu, 25 Juli 2012

Pengalaman Berdagang


Berdagang

     
           Pengalaman berdagang saya dimulai sejak saya duduk di bangku SMP. Dimana pada saat itu saya masih kelas 1 dan karena di SMP saya yaitu SMP Negeri 1 Turen pada waktu itu kekurangan kelas di karenakan siswanya terlalu banyak maka kelas 1 harus masuk siang untuk bergantian dengan kelas 2 dan 3.
Nah hal inilah yang kemudian saya manfaatkan untuk berjualan makanan ringan berupa mi goring pedas yang terbuat dari mi macan mentah yang langsung di goring lalu di beri bubuk bumbu pedas. Makanan ini saya jual ke kantin di SD di dekat rumah. Selain itu saya juga bertugas membeli bahan dari makanan ringan tersebut. Karena bahan tersebut hanya ada di pasar dekat SMP saya yang mana jarak SMP dengan rumah sekitar 7 Km. Jadi saya harus membeli bahan tersebut setiap pulang dari sekolah. Setiap harinya saya harus naik angkot atau terkadang naik sepeda jika tidak ada uang untuk naik angkot. Pernah suatu hari saya ditertawai oleh orang-orang di angkot karena setiap pulang sekolah saya selalu membawa mi mentah. Pada waktu itu mereka bilang “Kate slametan’a le,, hahaha,,”(“mau hajatan’a le,, hahaha,,”) dan saya hanya tersenyum mendengar ejekan tersebut. Tidak hanya itu juga waktu saya pulang naik sepeda saya juga pernah di ejek oleh sekelompok anak muda dari desa sebelah(desa tetangga) mereka saat itu teriak “Hee,, Ibukmu dodolan pangsit’a..”(“Hee,, Ibu kamu jualan pangsit ya..”) sambil tertawa menyindir. Tetapi itu semua saya biarkan saja, karena mungkin meraka tidak tahu apa yang saya lakukan.
            Pengalaman berdagang lain adalah pada waktu sekolah di SMK, pada saat itu saya memiliki sebuah computer Pentium III dan satu buah printer yang di belikan oleh adik dari ayah saya (Om saya) itu karena untuk mendukung kegiatan sekolah saya karena di SMK saya mengambil jurusa Teknik Komputer & Jaringan (TKJ). Jadi hal inilah yang kemudian saya manfaatkan untuk menghasilkan uang, dimana saya menjual jasa pengetikan dan printing selain itu saya juga membuat stiker untuk saya jual ke anak-anak SD di dekat rumah. Dan tidak jarang juga saya dimintai tolong untuk memperbaiki computer tetangga saya dan biasanya juga saya mendapatkan imbalan darinya.
            Pengalaman berdagang lain adalah berjualan kembang api atau petasan. Hal Ini saya lakukan hanya pada saat bulan Ramadhan dan ini saya mulai sejak kelas 1 SMK. Pada awalnya saya meminjam modal kepada Ibu saya untuk membeli barang dagangan. Dan Alhamdulillah saya tidak hanya bias mengembalikan modal yang saya pinjam dari Ibu saya tapi saya juga bias membeli baju lebaran sendiri dari usaha saya. Hal ini saya lakukan selama 3 periode hingga saya lulus SMK. Setelah lulus SMK dan lanjut kuliah saya tidak lagi berjualan karena mungkin terlalu sibuk dengan kegiatan kuliah.
            Pengalaman lain yang mungkin hingga saat sebelum saya kuliah lanjut di ITB-SEMOLEC masih saya lakukan adalah berjualan kue ke Masjid Besar di Desa Sananrejo yang ramai di kunjungi oleh orang-orang baik dari Jawa maupun luar Jawa. Hal ini saya lakukan setiap sabtu dan minggu. Yah walaupun hanya mengirimkan kue ke orang yang berjualan di dekat Masjid (istilahnya seles) tapi hasilnya lumayan untuk uang saku saya dan adik saya. Setiap minggunya saya bias mendapatkan uang antara Rp. 100.000,- hingga Rp. 500.000,- ribu dari penjualan kue tersebut. Tergantung dari ramainya pengunjung. 
            Pengalaman terakhir yang saya lakukan adalah berjualan bolpoin dan ini adalah pengalaman yang sangat luar biasa dimana saat saya melakukan outbound di SEAMOLEC saya disuruh untuk menjual bolpoin yang harga pasarannya Rp. 2000,- rupiah dengan harga yang sebesar-besarnya. Ya menurut saya awalnya mungkin ini adalah hal yang tidak mungkin. Tapi saya percaya tidak ada yang tidak mungkin sebelum di coba, ini adalah tantangan yang luar biasa dan harus di coba. Setelah mencoba menjual awalnya mungkin ragu-ragu untuk menawarkan dengan harga tinggi walaupun dengan rasa malu dan sungkan saya coba tawarkan dengan harga Rp. 200.000,- . Ya awalnya sang pembeli hanya tersenyum melihat cara saya menjual tapi setelah mendegarkan penjelasan saya dan kita saling bernegosiasi akhirnya sang pembeli mengeluarkan uang Rp. 50.000,- untuk bolpoin yang harga pasarannya adalah Rp. 2000,-. Wooowww,,, :O ternyata memang bisa menjual barang dengan harga berapapun juga. Jadi kesimpulannya adalah “jangan bilang tidak jika belum di coba” dan jangan malu (pasang muka tembok).
            Sekian sedikit celotehan tentang pengalaman saya tentang berjualan. Terima kasih telah membaca dan mohon maaf tulisan saya jelek :).

1 komentar: