Pengalaman
berdagang saya dimulai sejak saya duduk di bangku SMP. Dimana pada saat itu
saya masih kelas 1 dan karena di SMP saya yaitu SMP Negeri 1 Turen pada waktu
itu kekurangan kelas di karenakan siswanya terlalu banyak maka kelas 1 harus
masuk siang untuk bergantian dengan kelas 2 dan 3.
Nah hal inilah yang kemudian
saya manfaatkan untuk berjualan makanan ringan berupa mi goring pedas yang
terbuat dari mi macan mentah yang langsung di goring lalu di beri bubuk bumbu
pedas. Makanan ini saya jual ke kantin di SD di dekat rumah. Selain itu saya
juga bertugas membeli bahan dari makanan ringan tersebut. Karena bahan tersebut
hanya ada di pasar dekat SMP saya yang mana jarak SMP dengan rumah sekitar 7
Km. Jadi saya harus membeli bahan tersebut setiap pulang dari sekolah. Setiap
harinya saya harus naik angkot atau terkadang naik sepeda jika tidak ada uang
untuk naik angkot. Pernah suatu hari saya ditertawai oleh orang-orang di angkot
karena setiap pulang sekolah saya selalu membawa mi mentah. Pada waktu itu
mereka bilang “Kate slametan’a le,, hahaha,,”(“mau hajatan’a le,, hahaha,,”)
dan saya hanya tersenyum mendengar ejekan tersebut. Tidak hanya itu juga waktu
saya pulang naik sepeda saya juga pernah di ejek oleh sekelompok anak muda dari
desa sebelah(desa tetangga) mereka saat itu teriak “Hee,, Ibukmu dodolan
pangsit’a..”(“Hee,, Ibu kamu jualan pangsit ya..”) sambil tertawa menyindir.
Tetapi itu semua saya biarkan saja, karena mungkin meraka tidak tahu apa yang
saya lakukan.
Pengalaman berdagang lain adalah
pada waktu sekolah di SMK, pada saat itu saya memiliki sebuah computer Pentium
III dan satu buah printer yang di belikan oleh adik dari ayah saya (Om saya)
itu karena untuk mendukung kegiatan sekolah saya karena di SMK saya mengambil
jurusa Teknik Komputer & Jaringan (TKJ). Jadi hal inilah yang kemudian saya
manfaatkan untuk menghasilkan uang, dimana saya menjual jasa pengetikan dan
printing selain itu saya juga membuat stiker untuk saya jual ke anak-anak SD di
dekat rumah. Dan tidak jarang juga saya dimintai tolong untuk memperbaiki computer
tetangga saya dan biasanya juga saya mendapatkan imbalan darinya.
Pengalaman berdagang lain adalah
berjualan kembang api atau petasan. Hal Ini saya lakukan hanya pada saat bulan
Ramadhan dan ini saya mulai sejak kelas 1 SMK. Pada awalnya saya meminjam modal
kepada Ibu saya untuk membeli barang dagangan. Dan Alhamdulillah saya tidak
hanya bias mengembalikan modal yang saya pinjam dari Ibu saya tapi saya juga bias
membeli baju lebaran sendiri dari usaha saya. Hal ini saya lakukan selama 3
periode hingga saya lulus SMK. Setelah lulus SMK dan lanjut kuliah saya tidak
lagi berjualan karena mungkin terlalu sibuk dengan kegiatan kuliah.
Pengalaman lain yang mungkin hingga
saat sebelum saya kuliah lanjut di ITB-SEMOLEC masih saya lakukan adalah
berjualan kue ke Masjid Besar di Desa Sananrejo yang ramai di kunjungi oleh
orang-orang baik dari Jawa maupun luar Jawa. Hal ini saya lakukan setiap sabtu
dan minggu. Yah walaupun hanya mengirimkan kue ke orang yang berjualan di dekat
Masjid (istilahnya seles) tapi hasilnya lumayan untuk uang saku saya dan adik
saya. Setiap minggunya saya bias mendapatkan uang antara Rp. 100.000,- hingga
Rp. 500.000,- ribu dari penjualan kue tersebut. Tergantung dari ramainya
pengunjung.
Pengalaman terakhir yang saya
lakukan adalah berjualan bolpoin dan ini adalah pengalaman yang sangat luar
biasa dimana saat saya melakukan outbound di SEAMOLEC saya disuruh untuk
menjual bolpoin yang harga pasarannya Rp. 2000,- rupiah dengan harga yang
sebesar-besarnya. Ya menurut saya awalnya mungkin ini adalah hal yang tidak
mungkin. Tapi saya percaya tidak ada yang tidak mungkin sebelum di coba, ini
adalah tantangan yang luar biasa dan harus di coba. Setelah mencoba menjual
awalnya mungkin ragu-ragu untuk menawarkan dengan harga tinggi walaupun dengan
rasa malu dan sungkan saya coba tawarkan dengan harga Rp. 200.000,- . Ya
awalnya sang pembeli hanya tersenyum melihat cara saya menjual tapi setelah
mendegarkan penjelasan saya dan kita saling bernegosiasi akhirnya sang pembeli
mengeluarkan uang Rp. 50.000,- untuk bolpoin yang harga pasarannya adalah Rp.
2000,-. Wooowww,,, :O ternyata memang bisa menjual barang dengan harga
berapapun juga. Jadi kesimpulannya adalah “jangan bilang tidak jika belum di
coba” dan jangan malu (pasang muka tembok).
Sekian sedikit celotehan tentang
pengalaman saya tentang berjualan. Terima kasih telah membaca dan mohon maaf
tulisan saya jelek :).
Good Job prend,,
BalasHapus